Siang ini kebun binatang Ragunan kedatangan seekor binatang. Seekor Panda. Panda kecil yang lucu dan menggemaskan, Panda itu didatangkan khusus dari negeri seberang. Kedatangan Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu menambah koleksi jenis binatang yang mendiami kebun binatang kebanggaan ibukota ini menjadi lebih dari 260 jenis spesies binatang. Semua berasal dari seluruh wilayah Nusantara juga beberapa tempat dari belahan dunia lain. Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu masih terlihat lelah setelah menempuh perjalanan jauh melalui udara. Ia tidak banyak bergerak dan hanya duduk dan diam. Sesekali bergerak untuk menghilangkan kaku-kaku di badannya. Sekarang ia ingin beristirahat dan menikmati tidur siangnya yang pertama kali di bumi Indonesia. Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu bukan Panda sembarang Panda. Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu adalah seekor Panda yang berbakat besar. Ia dapat bermain badminton. Setelah tidur dan makan tiga kali sehari, Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu mulai kelihatan segar dan bertenaga. Ia bergerak ke sana kemari memeriksa keadaan sekeliling kandangnya. "Selamat pagi Panda, selamat pagi Panda...," teriak seekor Nuri dari sebuah sangkar besar yang tertutup tepat di sebelah kandang Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu berdiri pada sebuah gundukan tanah yang tinggi. Ia mencari sumber suara itu. Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu bingung. Ia tidak mengerti bahasa Melayu. Ia hanya mengerti bahasa tempat asalnya. Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu hanya tersenyum dan melambai-lambaikan tangannya ke arah burung-burung itu. "Hei Nuri, apa benar Panda itu bisa bermain badminton?" tanya Poksai pada Nuri. "Itu yang kudengar dari petugas kebun binatang," teriak Nuri. "Wah hebat sekali dia, bisa jadi maskot kebun binatang ini," sahut Poksai manggut-manggut. "Bisa saja," teriak Nuri lagi. Burung-burung lainnya pun ikut berkicau, berteriak-teriak dan berkoar-koar membicarakan penghuni baru kebun binatang ini, tetangga dekat mereka. Sore harinya beberapa petugas terlihat masuk ke dalam kandang Panda kecil yang lucu dan menggemaskan lalu memeriksa keadaannya. Ah, dia sehat secara fisik dan tidak tertekan secara mental. Semua beres. Mereka pun mulai mengajak Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu bermain-main. Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu pun sangat senang. Ia bergerak lincah. Kemudian para petugas itu mengajaknya bermain badminton. Wow, luar biasa ternyata Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu benar-benar dapat bermain badminton dengan hebat. Ia bisa menjadi seekor juara dunia badminton jika terus berlatih. Setelah satu jam mereka bermain-main petugas meninggalkan Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu sendiri di kandangnya. Berita tentang kehebatan si Panda kecil yang lucu dan menggemaskan benar-benar bisa bermain badminton tersebar cepat di kalangan para binatang. Mereka pun ramai membicarakan kelebihan yang dimiliki calon bintang kebun binatang itu. Seorang maskot baru telah lahir. Mereka terus ribut berkicau, mengaum, mengembik, berkaok-kaok, berteriak, menjerit, mendesis dan menggeram. Sejak saat itu, kebun binatang Ragunan mulai dibanjiri pengunjung yang antre ingin melihat tingkah laku atau pun atraksi kehebatan Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu. Mereka penasaran dengan isu-isu, berita-berita, kabar burung, informasi di sejumlah media massa, televisi, koran, radio, internet, SMS, papan reklame, selebaran, obrolan di warung kopi, lokalisasi, kafe, bar sampai panti pijat. Banyak pula yang datang sekedar untuk bermesraan, menghilangkan sumpek, stres atau sekedar mencuri kesempatan dalam kesempitan. Begitu melihat Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu, mereka berteriak dan bertepuk tangan sangat meriah melihat tingkah laku dan atraksi yang diperagakan Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu. Berbagai komentar meluncur dari mulut mereka. "Ah, lucunya....," "Begitu menggemaskan....," "Ibu..., aku minta dibelikan Panda seperti itu ya," "Wah hebat, bisa bermain badminton!" Dalam sekejap Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu telah menjadi seekor maskot baru kebun binatang ini. ******************* Awal tahun. Kalendar dengan angka lebih. Semangat nyaris sama dengan tahun lalu. Masalah lama. Keruwetan, kesumpekan, kekusutan, pertikaian, kerusuhan, kekisruhan, perselisihan yang bikin teler, puyeng, pusing, eneg, demam dan sekarat. Krisis terus berlanjut, memasuki babak, ronde, adegan-adegan, sekuel, trilogi, bab-bab yang panjang, monoton, melelahkan, menjengkelkan sekaligus merontokkan semua urat-urat dan organ kehidupan. Semua terkena imbas. Tak terkecuali para binatang itu. Mereka mulai kekurangan makanan. Pihak pengelola hampir kehabisan dana untuk menyumpal mulut dan mengganjal perut para binatang dan perut mereka sendiri. Proposal tambahan dana jadi tumpukan berkas map di departemen. Keadaan ini semakin lama semakin memburuk dan mengancam kelangsungan hidup para binatang terutama binatang pemakan daging. Para binatang itu pun sibuk berpikir. Mereka rapat memecahkan masalah serius yang mengimbas dunia mereka. Singa besar terus mengelus surai lebatnya, Buaya muara tua itu hilir mudik di kolamnya, Jerapah berjalan mondar-mandir, Kuda Nil sibuk mangap, Beruk sibuk ngorok. Poksai, Nuri, Jalak berbaris termanggu. Gajah terus menggaruk kepalanya. Orang Utan sibuk cari kutu. Akhirnya Buaya muara tua itu buka suara. "Satu-satunya jalan kita harus menarik pengunjung untuk datang lagi ke tempat ini," Semua setuju. Tapi bagaimana menarik pengunjung untuk datang kemari? Sedangkan untuk makan saja manusia-manusia itu juga kesusahan. Buaya muara tua itu kembali bicara, "Percayalah manusia-manusia itu butuh hiburan saat ini dan di tempat ini ada seekor binatang yang mampu melakukan rencana ini." Mereka saling berpandangan. Mungkinkah satu dari mereka? buaya itu buka mulut lagi, "Dia seekor binatang yang bisa membuat manusia merasa manusiawi, dekat dan tidak takut akan dicaplok saat dekat dengannya, dia adalah si Panda." Ah tentu saja si Panda itu. Yang kini sudah tumbuh besar. Akhirnya disepakati untuk melaksanakan ide tersebut. Dua tahun sudah berlalu. Panda kecil yang lucu dan menggemaskan itu sudah tumbuh menjadi seekor Panda besar tetapi gerak-geriknya tetap saja mengundang senyum. Keberadaannya tidak lagi mengundang kegemparan. Ia lebih mirip binatang lokal lainnya. Panda itu sudah mengerti bahasa Melayu, doyan tempe, gado-gado, nonton wayang dan mendengarkan musik campursari dan suka joget dangdut. Ia cinta kebun binatang ini. Panda besar itu menanggapi rencana itu dengan antusias. Ia berencana akan melakukan sebuah atraksi spektakuler. Ia akan menantang manusia bermain badminton. Rencana itu pun disambut baik pihak pengelola yang sudah kehabisan akal. Dimulailah promosi ke seluruh masyarakat. Dalam beberapa hari, berbondong-bondong pengunjung membanjiri pintu-pintu loket. Mereka rela antre, berpanas-panas dan membayar lebih mahal untuk sebuah pertunjukkan terhebat sepanjang sejarah olahraga badminton dibandingkan melihat tv, membaca koran, mendengar radio yang berisi berita, informasi, isu-isu yang tidak pernah membawa kegembiraan dan sedikit angin segar. Panda besar itu mulai beraksi. Melakukan service, dropshot, rally-rally panjang diakhiri smash tajam. Penantang pertama kalah, kedua, ketiga dan seterusnya. Tapi semua pengunjung puas, terhibur dan terus bertepuk tangan bagi Panda besar. Panda besar terus dielu-elukan seluruh manusia dan semua binatang. Ia seorang pahlawan saat itu. ********************* Hujan turun dengan deras, suara petir terdengar sahut-menyahut memecah kesunyian malam. Semua binatang lebih banyak terdiam dan beristirahat. Malam ini Panda besar itu terbaring lemah tak berdaya di kandangnya. Panda besar itu sakit. Ia terlalu lelah terus menerus bertanding badminton melawan tiap pengunjung hingga melupakan kesehatan dirinya. Tapi ia lakukan semua ini demi kebun binatang ini. Tubuhnya menjadi kurus, ia malas makan. Panda besar itu merintih kesakitan. Kemana dokter dan petugas lainnya? Pikir Panda besar itu. Ia merasa ajalnya sudah dekat. Ia sekarat. Ia pasrah jika memang sudah waktunya. Di saat genting muncul dokter dan petugas kebun binatang. Dokter itu memeriksanya. "Sudah berapa lama sakit?" "Tiga hari yang lalu," "Ia terserang virus yang sama dengan Anoa dan Cenderawasih tapi ini lebih parah," "Prioritas utama kami memang hewan lokal yang langka dokter," Dokter itu hanya menggumam perlahan. "Tapi ia akan sehat kembali setelah mendapat antibiotik ini," Dokter menyuntik Panda besar itu. Lalu memberi beberapa petunjuk kepada petugas. Mereka keluar meninggalkan Panda besar itu sendiri. Mendengar perkataan petugas kebun binatang tadi, Panda besar sangat sedih dan terpukul. Ia merasa sebagai seekor binatang yang tak berharga. Apa beda dia dengan binatang lainnya? mereka sama-sama binatang. Tetapi kenapa ia mendapat perlakuan yang berbeda dengan binatang lainnya. Panda besar itu menangis sedih di sudut kandangnya. Ia harus menerima kenyataan pahit ini. Begitu sedihnya sang Panda besar hingga dadanya terasa seperti disayat sembilu. Panda besar berteriak, mengerang, merintih mencoba melepaskan segala perih yang menyayat hatinya tapi semuanya teriakannya ditelan gemuruh petir dan suara hujan. Malam ini Panda besar sangat sedih, begitu sedihnya hingga pada pagi harinya Panda besar itu ditemukan telah mati membeku. ************************